BMKG Ingatkan 4 Bahaya Petaka El NIno, Ini Dia

 

BMKG Ingatkan 4 Bahaya Petaka El NIno, Ini Dia



duniaberita30.blogspot - Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati mengatakan, kekeringan di musim kemarau tahun ini akan lebih parah jika dibandingkan musim kemarau tahun 2020, 2021, dan 2022. Namun, tidak lebih parah dari musim kemarau tahun 2015, dan kemungkinan sama seperti musim kemarau tahun 2019.

Dia menjelaskan, tahun ada 2 fenomena iklim yang menyebabkan penurunan curah hujan, termasuk di Indonesia. Yaitu, Indian Ocean Dipole (IOD). Di mana, saat IOD positif, suhu muka laut di Samudra Hindia bagian barat menghangat, sedangkan di bagian timur mendingin. Ini merupakan fenomena penyimpangan suhu muka laut di Samudra Hindia yang menyebabkan berubahnya pergerakan atmosfer atau pergerakan masa udara. 

Dan, El Nino. Yaitu, fenomena anomali kenaikan suhu muka laut di Samudera Pasifik bagian tengah dan timur. Yang mengakibatkan bergesernya potensi pertumbuhan awan dari wilayah Indonesia ke wilayah Samudra Pasifik Tengah dan Timur.

"Jabodetabek termasuk wilayah yang intensitas curah huajnnya rendah, bahkan sangat rendah. Warnanya (pemetaan) itu sampai cokelat kehitaman. Intensitas curah hujan diprediksi akan sangat rendah," katanya dalam Profit CNBC Indonesia, Jumat (4/8/2023).

"Intensitas curah hujan bulanan diprediksi akan sangat rendah. Tentunya akan berdampak pada kekeringan yang cukup serius kalau tidak ada mitigasi atau antisipasi tepat. Demikian juga Jawa secara umum," terangnya. 

BMKG merilis, hasil monitoring hingga pertengahan Juli 2023 menunjukkan, 63% dari zona musim telah memasuki musim kemarau.

Di mana, pemantauan 10 hari terakhir Juli 2023, indeks El Nino-Southern Oscillation (ENSO) menunjukkan nilai sebesar positif 1,14 yang mengindikasikan intensitas El Nino terus menguat, sejak awal Juli.

"Di Indonesia, El Nino memberikan dampak kondisi lebih kering sehingga curah hujan berkurang, tutupan awan berkurang, dan suhu meningkat," kata Kepala Pusat Informasi Perubahan Iklim BMKG A Fachri Rajab dikutip dari situs resmi BMKG.

- Gagal Panen

Dwikorita mengingatkan akan adanya ancaman gagal panen pada lahan pertanian tadah hujan efek fenomena El Nino dan IOD positif. Situasi ini menurutnya berpotensi mengganggu ketahanan pangan nasional.

"Pemerintah daerah perlu melakukan aksi mitigasi dan aksi kesiapsiagaan segera. Lahan pertanian berisiko mengalami puso alias gagal panen akibat kekurangan pasokan air saat fase pertumbuhan tanaman," kata Dwikorita usai ratas antisipasi El Nino di Istana Kepresidenan, pekan lalu. 

- Kekeringan Ekstrem

Menurut Dwikorita, fenomena El Nino dan IOD Positif saling menguatkan sehingga membuat musim kemarau tahun ini jadi lebih kering dan curah hujan pada kategori rendah hingga sangat rendah.

"Jika biasanya curah hujan berkisar 20 mm per hari, maka pada musim kemarau ini angka tersebut menjadi sebulan sekali atau bahkan tidak ada hujan sama sekali," ujarnya.

Fachri menambahkan, sejumlah daerah di Indonesia akan mengalami dampak akibat El Nino.

Yaitu sebagian besar wilayah Sumatra seperti Sumatra Barat, Sumatra Selatan, Riau, Bengkulu, Lampung. Seluruh Pulau Jawa, Bali, Nusa Tenggara Timur, Nusa Tenggara Barat, Kalimantan Barat, Kalimantan Selatan, Kalimantan Utara, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tengah, dan Sulawesi Tenggara.

Daerah-daerah tersebut diprediksi akan mengalami curah hujan paling rendah dan berpotensi mengalami musim kering yang ekstrem.

"Prakiraan curah hujan bulanan BMKG menunjukkan sebagai besar wilayah Indonesia akan mengalami curah hujan bulanan kategori rendah bahkan sebagian lainnya akan mengalami kondisi tanpa hujan sama sekali hingga Oktober nanti," katanya.

"Dan kalau ada hujan kan, polusi udara itu tercuci. Sekarang hujan semakin jarang, maka polusi akan semakin terasa terutama di malam hari saat menjelang pagi. Ini kita bisa lihat, nggak ada awan tapi langit nggak biru dan mendung. Dikhawatirkan ini adalah haze akibat polusi, ini perlu diwaspadai," tambah Dwikorita.

- Panas Mendidih

Selain itu, Dwikorita mengungkapkan, El Nino juga akan memicu suhu tinggi, meski Indonesia tidak mengalami gelombang panas atau heatwave. 

"Tapi suhu sampai 35 derajat Celcius bagi tubuh itu sudah menimbulkan masalah, jadi harus diantisipasi," katanya.

"Waspadai kenaikan suhu tinggi yang bisa mengganggu kesehatan tubuh," kata Dwikorita.

- Kebakaran Hutan dan Lahan

Dwikorita mengatakan, kebakaran hutan dan lahan (karhutla) menjadi kewaspadaan utama saat El Nino atau kemarau ekstrem terjadi. Karena itu, ujarnya, sejak Februari 2023, pemerintah, terutama Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) telah intensif mengimbau pemerintah daerah melakukan antisipasi. 

"Karena, saat seperti ini, tanpa disulut api pun, bisa terjadi kebakaran. Angin kencang, ranting kering bergesekan, dan memicu kebakaran. Apalagi kalau sampai ada yang buang puntung rokok," katanya. 

Pemerintah sejak Februari lalu sudah turun ke lapangan, untuk antisipasi ketersediaan air bersih dan juga agar menampung air hujan, termasuk melakukan modifikasi cuaca.

"Yaitu, mendorong awan bibit hujan turun di daerah yang potensi kebakaran, seperti yang masih kita lakukan di Kalimantan saat ini. Karena masih ada hujan," kata Dwikorita.

https://totojpslot.online/